Menuntut Ilmu Agama, Terutama Ilmu Tauhid

Menuntut Ilmu Agama, Terutama Ilmu Tauhid

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” [Faathir: 28]

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata:

فمن كان بالله وبأسمائه وصفاته وأفعاله وأحكامه أعلم كان له أخشى وأتقى، إنما تنقص الخشية والتقوى بحسب نقص المعرفة بالله

“Maka siapa yang lebih berilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan hukum-hukum-Nya, niscaya ia lebih takut dan lebih takwa kepadaNya. Hanyalah berkurang takut dan takwa sesuai dengan kurangnya pengenalan terhadap Allah.” [Fathul Baari libni Rajab, 1/82]

Al-Khalifah Ar-Rasyid Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata,

الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ، الْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْعَمَلِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ

“Ilmu lebih baik dari harta, ilmu menjagamu, sedang harta engkaulah yang menjaganya, ilmu bertambah jika diamalkan, sedang harta berkurang jika dibelanjakan.” [Al-Hilyah, 1/80]

• Karena dengan ilmu, keimanan seorang hamba kepada Allah ta’ala semakin kokoh dan tidak mudah terombang-ambing oleh derasnya syubhat dan syahwat.

• Karena dengan ilmu, seorang hamba memahami kiat-kiat yang dapat membantunya untuk menghindari maksiat.

• Karena dengan ilmu, seorang hamba yang terjerumus dalam dosa mengerti bagaimana cara menyelamatkan diri darinya.

• Karena dengan ilmu, seorang hamba mengetahui dahsyatnya siksa Allah ‘azza wa jalla untuk orang-orang yang durhaka dan luasnya rahmat Allah untuk orang-orang yang bertakwa.

• Karena dengan ilmu, seorang hamba mengetahui berbagai bahaya maksiat, yang pasti akan menghalangi orang yang berakal untuk bermaksiat.

• Karena dengan ilmu, seorang hamba mengenal keagungan dan kebesaran Allah tabaraka wa ta’ala, sehingga memunculkan rasa takut kepada-Nya, semakin dalam ilmunya tentang Allah maka semakin kuat pula rasa takutnya kepada Allah ‘azza wa jalla.

• Dan rasa takut kepada-Nya adalah sebesar-besarnya penghalang di dalam diri seorang hamba untuk berbuat maksiat.

• Oleh karena itu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah orang yang paling takut kepada Allah karena beliau yang paling berilmu tentang Allah ‘azza wa jalla dan agama-Nya.

• Para ulama lebih takut kepada Allah karena mereka lebih berilmu tentang Allah ‘azza wa jalla, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan hukum-hukum-Nya.

Sahabat yang Mulia Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata,

لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، إِنَّمَا الْعِلْمُ خَشْيَةُ اللَّهِ

“Bukanlah ilmu dengan banyaknya riwayat, hanyalah ilmu itu rasa takut kepada Allah.” [Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam: 1401]

Inilah diantara rahasia besar mengapa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan baginya maka Allah akan memahamkannya dengan agama, dan aku hanyalah membagi sedang Allah Dia-lah yang memberi, dan akan senantiasa (segolongan) umat ini tegak (iatiqomah) di atas agama Allah, orang yang menyelisihi mereka tidak membahayakan mereka, sampai datang ketetapan Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiyallahu’anhu]

Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqolani Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

وَهَذَا الْحَدِيثُ مُشْتَمل على ثَلَاثَة أَحْكَام أَحدهَا فضل التفقه فِي الدِّينِ وَثَانِيهَا أَنَّ الْمُعْطِيَ فِي الْحَقِيقَةِ هُوَ اللَّهُ وَثَالِثُهَا أَنَّ بَعْضَ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَبْقَى عَلَى الْحَقِّ أَبَدًا

Hadits ini mencakup tiga permasalahan:

Pertama: Keutamaan mendalami ilmu agama,

Kedua: Bahwa yang memberi secara hakiki adalah Allah ta’ala,

Ketiga: Bahwa sebagian umat ini akan selalu istiqomah di atas kebenaran. [Fathul Bari, 1/164]

Beliau rahimahullah juga menegaskan,

وَقد تتَعَلَّق الْأَحَادِيث الثَّلَاثَةِ بِأَبْوَابِ الْعِلْمِ بَلْ بِتَرْجَمَةِ هَذَا الْبَابِ خَاصَّةً مِنْ جِهَةِ إِثْبَاتِ الْخَيْرِ لِمَنْ تَفَقَّهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَأَنَّ ذَلِكَ لَا يَكُونُ بِالِاكْتِسَابِ فَقَطْ بَلْ لِمَنْ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيْهِ بِهِ وَأَنَّ مَنْ يَفْتَحِ اللَّهُ عَلَيْهِ بِذَلِكَ لَا يَزَالُ جِنْسُهُ مَوْجُودًا حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

Dan tiga perkara dalam hadits ini berkaitan dengan berbagai bab ilmu, bahkan dengan bab ini secara khusus, yaitu:

1) Dari sisi penetapan kebaikan untuk orang yang mendalami ilmu agama,

2) Bahwa pemahaman itu tidak dapat diraih hanya dengan usaha, namun dengan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala kepadanya untuk memahami agama,

3) Bahwa orang yang telah Allah berikan pertolongan untuk memahami agama maka golongan ini akan senantiasa berada di atas kebenaran sampai datang ketetapan Allah. [Fathul Bari, 1/164]

Beliau rahimahullah juga berkata,

وَمَفْهُومُ الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَفَقَّهْ فِي الدِّينِ أَيْ يَتَعَلَّمْ قَوَاعِدَ الْإِسْلَامِ وَمَا يَتَّصِلُ بِهَا مِنَ الْفُرُوعِ فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ

“Mafhum hadits ini bahwa siapa yang tidak mendalami agama, yaitu tidak mempelajari kaidah-kaidah dasar Islam dan cabang-cabang yang terkait dengannya maka ia tidak akan meraih kebaikan.” [Fathul Bari, 1/165]

Al-Kirmani rahimahullah berkata,

أَنَّ مِنْ جُمْلَةِ الِاسْتِقَامَةِ أَنْ يَكُونَ التَّفَقُّهَ لِأَنَّهُ الْأَصْلُ

“Bahwa termasuk makna istiqomah hendaklah mendalami ilmu agama, karena ia adalah pokoknya.” [Fathul Bari, 13/293]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

📝Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray حفظه الله

Categories: Kiat-kiat Selamat dari Maksiat | Tag:

Navigasi pos

Komentar ditutup.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.